BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Minggu, 15 Mei 2011

KAJIAN METAFORA DALAM FASHION

Kajian Metafora Dalam Fesyen

Salah satu kajian analisis yang hadir meramaikan dunia fesyen adalah fenomena metafora. Metafora sebagai salah satu gejala budaya yang dimunculkan dari khasanah ”pertandaan”, eksistensinya tidak dapat diabaikan dari proses kreativitas yang memperkaya bidang fesyen. Pengambilan aspek metafora pada pembuatan produk busana memberi kan dimensi yang sangat berwarna pada tampilan suatu busana.

1. Konsep Metafora
Teori metafora sesungguhnya telah dikemukakan oleh para pakar retorika kuno, dimana dalam pola retorika tradisional metafora di-golongkan sebagai sebuah kiasan atau perumpamaan, yakni sebuah gambaran yang mengklasifikasikan adanya variasi makna dalam penggunaan kata. Metafora merupakan permainan bahasa yang ditata dengan penamaan sesuatu. Teori metafora dapat dianggap sebagai analisis yang mengarah pada teori simbol, dengan demikian metafora dan simbol sangat berarti dalam melapangkan kajian dan analisis terhadap proses interpretasi.
Penggunaan metafora tidak dapat dibatasi oleh pengguna mau-pun oleh pengamat. Metafora menunjukkan fungsi dan peranannya dalam dunia tanda apabila :
a. Terjadi pemindahan referensi dari satu subyek (konsep atau objek) kepada subyek lainnya.
b. Melihat suatu subjek (konsep atau objek) sebagai sesuatu yang lain.
c. Memindahkan fokus yang kritis dari satu area pengamatan ke area pengamatan lainnya, dengan tujuan untuk memperoleh penjelasan lebih, dari sesuatu yang sebelumnya dipandang lebih rendah, melaui cara pandang yang baru.
Konsep mendasar dari metafora pada hakekatnya mengemuka-kan dua permasalahan dengan kriteria yang berbeda, yaitu :
a. Konsep metafora tradisional yaitu dalam pengertian dengan faham sederhana atau sempit.
b. Metafora dalam pengertian sederhana, mewakili peribahasa atau kiasan sebagai suatu hal yang paling mudah untuk dikenali.
Proses terbentuknya konsep metafora tidak terjadi begitu saja, namun melalui medium yang menghantarkan pada pemahaman tentang metafora. Medium perantara tersebut adalah :
a. Mendengar apa yang menjadi bahan pembicaraan orang : apa masalahnya, apa kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan, apa keinginan-keinginannya, apa yang dialami dan dipercayai.
b. Mengembangkan komunikasi dengan bertanya untuk memperoleh pemahaman.
c. Perantara memperluas berbagai alternatif yang dapat dipilih orang lain, sebab makna metaforik hadir dari pengalaman, dan metafora adalah alat untuk memperluas kemungkinan-kemungkinan lain.
Metafora juga memiliki kriteria dan sifat yang dapat diklasifi-kasikan ke dalam dua hal yang menjadi pokok munculnya kriteria dan sifat metafora tersebut, yaitu Transfers (pengalihan/mengirim) dan Similarity (persamaan), sedangakn pokok-pokok utama dari konsep terdahulu adalah dengan cara menempatkan kembali, menggantikan, menyalin dan menterjemahkan. Perubahan yang muncul kemudian di-antaranya adalah persamaan, membandingkan dan meng-analogi-kan. Secara sadar atau tidak, sering terjadi percakapan yang melibatkan sistem metafora di dalamnya untuk mengungkapkan atau menggambar kan sesuatu, seperti ”kepala batu”, ”makan hati”, ”panjang tangan”, ”buah bibir” dan sebagainya.
Dalam kehidupan sehari-hari metafora biasanya dikaitkan dengan ungkapan-ungkapan yang puitis, yang seringkali hal itu dapat menimbulkan emosi, contohnya pada ungkapan pribahasa baik pada konteks tradisional/kedaerahan maupun secara nasional (bahasa Indonesia). Tiga karakteristik metafora yang dapat diidentifikasi:
1. Intangible (tidak mudah dipahami, tidak mudah di raba), merupakan metafora yang datang dari kreasi konsep, ide, gagasan, keadaan manusia atau keutamaan yang istimewa baik dari individu, alam, komunitas, tradisi atau budaya.
2. Tangible (terpahami, teraba), merupakan metafora yang datang dari beberapa karakter atau materi visual
3. Kombinasi, metafora merupakan gabungan dari konseptual dan aspek visual sebagai titik pokoknya aspek visual membolehkan untuk mendeteksi hal-hal yang mendasari, kualitas dan dasar-dasar visual.
Proses pengambilan padanan kata dari metafora pada umumnya terkait dengan hal-hal lain di luar konteks kata yang diungkapkan. Proses pengambilan tersebut itulah yang membedakan Jenis-jenis metafora yang diungkap, yaitu :
1. Metafora Antromorfis adalah penataan hubungan kata yang seharusnya khusus untuk fitur manusia tetapi dihubungkan dengan benda-benda tak bernyawa. Contoh : mulut gang, mata pisau, belaian angin.
2. Metafora Binatang adalah pemakaian khusus yang menggunakan nama binatang dan digunakan untuk benda tak bernyawa maupun dihubungkan dengan manusia. Contoh: jago tembak, kumis kucing, malu-malu kucing.
3. Metafora Sinaestesis adalah pemindahan asosiasi fitur secara analogis yang memiliki kesejajaran sifat. Contoh : ”pedas” untuk ”sambal” dipindahkan untuk mengungkapkan ”kata-katanya pedas”.

2. Interpretasi Metafora
Metafora tidak selalu hadir dalam konteks kata atau kalimat lisan atau tulisan, namun dapat pula dipaparkan melalui gambar-gambar yang berisi cerita yang menyiratkan adanya unsur metafora pada gambar atau imej tersebut. Metafora visual dapat juga melibatkan suatu fungsi pemindahan kualitas tertentu dari satu tanda ke tanda lainnya, se-hingga untuk mengungkap hal yang tersirat sebagai metafora tersebut perlu upaya untuk menafsirkannya. Upaya untuk membuat penafsiran terhadap metafora visual membutuhkan pengalaman yang menyenang kan, dan prosesnya sendiri dapat dilakukan melalui penalaran analogi yang merupakan interpretasi metafora. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menterjemahkan interpretasi metafora tersebut adalah :
a. Penafsir metafora harus mengambil posisi sebagai seorang yang baru mendengar dan mengetahui metafora untuk pertama kali.
b. Metafora harus didekati dengan prinsip bahwa ada titik nol (degree zero) bahasa. Dengan demikian kiasan yang sering digunakan akan terlihat baru dan orisinal.
c. Mencari kaidah yang berlaku dengan konteks wacana, maka makna harfiah dapat diidentifikasi
d. Untuk menafsirkan sebuah metafora pengamat dapat mengenali dari penyimpangan yang terjadi.
e. Metafora berhubungan dengan pengalaman bathin berikut proses emosionalnya.
f. Metafora merupakan salah satu bentuk konotasi, berarti secara eksplisit makna harfiahnya diketahui, tetapi bukan berarti penutur sebuah metafora menyadari makna harfiahnya untuk dapat memahami makna metaforisnya.
Fenomena metafora dalam kehidupan sehari-hari seringkali ber-langsung secara spontan, bahkan sering terjadi tanpa disadari, namun sebagai bidang kajian yang dapat dimanfaatkan sebagai alat dalam proses berkreasi dan berimajinasi, penalaran terhadap proses interpre-tasi pada metafora seyogyanya difahami secara akurat untuk meng-hindari ”kesesatan penalaran”.

Fenomena metafora yang diterapkan pada suatu produk konsumsi akan lebih mudah untuk dikenali melalui analogi terhadap bentuk lain dengan material, konstruksi dan sifat yang berbeda antara reference dengan desain yang diwujudkannya. Contoh di muka memvisualisasikan mobil VolksWagen yang terlihat memiliki karakteristik sebagai bina-tang kodok. Apabila diamati bentuk ”mobil” yang berhubungan dengan bentuk ”kodok”, maka antara pengamatan dan apa yang diamati tersusun sebuah rencana dan menjadi gambaran yang diwujudkan dalam bentuk yang memiliki kesamaan dan analogi. Keduanya ter-gabung dalam sebuah proses metaforik yang dapat ditafsirkan. Demikian pula halnya pada bentuk ”Kitchen Timer” yang dianalogikan pada bentuk tikus.



Gambar
Artis Jessica Alba sebagai Icon Produk Revlon



Iklan sebagai salah satu kekuatan dan senjata dalam proses memasarkan suatu produk, perlu menampilkan propaganda yang dapat meyakinkan konsumen atau calon konsumen untuk menggunakan produk tersebut. Berkaitan dengan visi tersebut, peminjaman satu icon dengan karakteristik mewakili kehebatan yang ingin ditampilkan dari produk tersebut merupakan syarat yang tanpa kompromi. Metafora banyak dikembangkan sebagai bahasa visual dalam periklanan, karena penggunaan metafora dalam iklan dapat memperkaya perspektif pembuat iklan, pemirsa dan mitos dalam tuturan verbal dan non verbal. Para pemasang iklan pada umumnya menggunakan metafora sebagai bahasa visual baik yang sifatnya biasa atau sering dilihat dan didengar (familiar), hingga pada hal yang sifatnya tidak biasa dan tak dikenal (unfamiliar). Metafora secara visual dapat digunakan sebagai ”transfer” dari tanda ke tanda yang lain.

Contoh iklan di atas mengungkapkan karakter artis Jessica Alba yang muda, cantik, anggun dan berkelas menjadi metafora untuk produk kosmetik kelas dunia merk Revlon. Artis Jessica Alba menjadi ”wakil” dari gambaran komunitas masyarakat muda kelas atas negara Amerika. Pemindahan metafora terletak pada kesempurnaan, keang-gunan, kecantikan dan daya tarik yang memukau. Tujuan dari iklan ini adalah memindahkan kualitas yang ditandai oleh artis kepada produk kosmetik, yang berarti ”seseorang” menandai untuk ”hal lain” dan men-ciptakan tanda baru yang berkaitan dengan metafora.


1.     Metafora pada Fesyen
Salah satu bentuk metafora visual yang banyak dikembangkan oleh para praktisi/kreatornya adalah metafora dalam desain fesyen. Fenomena metafora dalam bidang fesyen memberi peluang pada para desainer untuk berkreasi dan mengembangkan lebih banyak imajinasi pada karya fesyen yang didesainnya, sehingga dunia mode dapat berkembang dengan kekayaan ide yang sangat beragam. Perancang busana ternama dunia sering menghadirkan metafora sebagai salah satu konsep pada rancangan yang dikeluarkannya pada setiap koleksi desain di setiap pergantian musim. Metafora bagi seorang perancang yang selalu berkaitan dengan visual, gambar, menjadi satu media yang dapat membantu menyalurkan semua imajinasi dan kreativitas serta aktualisasi diri yang dikehendaki.
Metafora dalam bidang desain merupakan suatu upaya untuk menunjukkan representasi dari konsep desain yang dibuat oleh sang kreator, termasuk di dalamnya pada desain fesyen. Metafora dalam fesyen dewasa ini banyak dimunculkan, terlebih pada produk-produk busana kreasi atau art fashion. Fenomena metafora pada desain fesyen  lebih mudah diamati melalui simbol-simbol yang berkaitan dengan ide, tema-tema arahan gaya, atau prediksi tren ke depan, tetapi tidak semua simbol-simbol mudah untuk dipahami, karena memiliki makna konotasi yang dapat menimbulkan interpretasi ganda. Para perancang menghadirkan konsep-konsep metafora pada rancangannya melalui warna, jenis bahan, style, potongan busana, bentuk dan teknik, dimana bagian bagian tersebut menjadi satu kesatuan dalam tema yang menjadi arahan tren sebagai upaya untuk memberi impresi pada setiap kemunculannya.

BY: WINWIN WIANA S.Pd. M.Ds



0 comments: